Bagi kalian yang sekarang sedang mencari passion kalian, satu pertanyaan saja buat kalian.WTF are you doing everyday?Kalian punya waktu 16 jam sehari (dipotong tidur) untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan. Kemanakah semuanya itu?

Apa yang sudah kalian lakukan?

<ul><li>Saat kecil kalian bermain lumpur setiap hari</li><li>Saat kecil kalian bermain kelereng</li><li>Saat kecil kalian bermain layang-layang</li></ul>Apakah kalian memikirkan passion kalian saat itu?

Ingatkah Kalian?

Passion kalian ada di depan mata kalian, tetapi kebanyakan kalian menolak hal tersebut.<ul><li>Apakah bermain kartu dapat menghasilkan uang?</li><li>Apakah istriku akan marah jika aku suka nonton anime?</li><li>Apa kata atasanku jika dia tahu aku suka mengoleksi kartu marvel?</li></ul>F*ck all of this shit questionKalian tidak akan tahu jika kalian hanya sibuk mencari sesuatu yang berada di depan mata kalian.

Di Depan Matamu

Your passion is right in front of your face. If you have to look for it, then you’re probably not passionate about it at all. So screw "finding" your passion.

personaldevelopment

Personal Development

Screw Finding Your Passion

Kita seringkali salah dalam memilih antara pengalaman atau barang

Kita seringkali salah dalam menilai mana yang lebih baik barang atau pengalaman

Tidak merasa bahwa kita semua memilih berdasarkan barang?<ul><li>Banyak orang mencoba mencari handphone dengan spesifikasi tinggi, tetapi karena ekspektasi mereka terlalu besar, maka spesifikasi itu membuat pengalaman menggunakan mereka jatuh</li><li>Banyak orang pengen istri cantik, tetapi ketika tidak nyambung dengan istrinya, itu menjadi masalah besar</li></ul>Dan masih banyak hal lain yang bisa di telaah lagi

Perlu bukti?

Sedikit contoh yang digunakan dalam artikel ini adalah kemacetan.Orang lebih memilih untuk tinggal di pinggir kota yang biaya hidup lebih murah tapi jadi bolak-balik ke tempat kerja

Kemacetan

Tahu dan mengerti adalah dua hal yang berbeda. Meskipun kita tahu bahwa pengalaman dan barang adalah sesuatu yang berbeda, tetap saja kita salah dalam menghadapi hal tersebut.Apa solusinya? Tentu saja evaluasi diri anda

Evaluasi

Appearances vs Experiences: What Really Makes Us Happy

Tidak ada jaminan dalam beragama

Agama adalah kebebasan semua umat manusia.Setiap orang berhak untuk memilih agama dan keyakinannya masing-masing, tentu saja dengan bertanggung jawab.Jika agama kalian mengandung unsur paksaan pada setiap penganutnya, maka ada yang salah dengan agama Anda

Kebebasan Beragama

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan baiknya budi pekerti (tambahan: bukan untuk mengislamkan seluruh dunia)

Beberapa insight dari Qur'an tentang kemanusiaan:<ul><li>Islam mengajarkan kita untuk berbuat adil terhadap sesama manusia, bahkan untuk orang yang kita benci</li><li>Islam mengagungkan manusia dengan memberikan mereka kebebasan berpikir untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah</li></ul>

Humanity Above Religion

Ada ketakutan yang hanya bisa kita lihat saat kita terdiam

Kebanyakan tindakan radikalis itu terjadi secara tidak sadar karena ketakutan kita sendiri:<ul><li>Kita semua takut jika ternyata orang lain lebih memilih untuk mengakui agama lain lebih benar</li><li>Kita semua takut bahwa orang lain terlihat lebih baik dari kita</li><li>Kita semua takut bahwa apa yang kita yakini sekarang itu salah</li></ul>

Ketakutan yang Tak Terlihat

Dunia berubah dengan sangat cepat. Dulu, kita harus berangkat ke majelis taklim untuk menyimak para ustaz atau kiai mengajar tafsir Al-Quran. Tetapi, kini para ulama yang mendatangi kita lewat gagdet. Kita bisa mengaji di mana saja, saat tengah terjebak macet, menunggu antrean panjang di bank, kafe, bahkan tempat tidur sesaat sebelum terlelap. Cara baru dalam berdakwah ini tentunya memudahkan bagi kita. Ada banyak sekali kajian-kajian Islam yang dengan gampang disebarluaskan lewat sekali klik. Tetapi, apakah semua yang kita baca lewat medos itu benar? Apakah kita bisa memilah mana kajian yang benar atau sekadar hoax? Prof. H. Nadirsyah Hosen, Ph.D. atau yang akrab dipanggil Gus Nadir, secara aktif mengamati fenomena para penafsir ayat Al-Quran yang semata mengandalkan terjemahan dan mengambil rujukan melalui medsos daripada kitab tafsir klasik dan modern. Beberapa di antaranya bahkan salah kaprah karena tidak memahami sejarah di balik turunnya ayat-ayat tersebut. Maka, melalui buku ini, Gus Nadir akan mengajak kita untuk betul-betul memahami konteks agar semakin menghayati dan memahami kitab suci. Tak hanya itu, kita akan dipandu untuk memahami metode-metode tafsir dan mengenal para penafsir Al-Quran di sepanjang peradaban Islam. [Mizan, Bentang Pustaka, Agama, Islam, Inpirasi, Religi, Motivasi , Indonesia]

Screw Finding Your Passion

Appearances vs Experiences: What Really Makes Us Happy

Tafsir Al-Quran di Medsos

Mesti Sukses