Beberapa insight dari Qur'an tentang kemanusiaan:<ul><li>Islam mengajarkan kita untuk berbuat adil terhadap sesama manusia, bahkan untuk orang yang kita benci</li><li>Islam mengagungkan manusia dengan memberikan mereka kebebasan berpikir untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah</li></ul>

Humanity Above Religion

Ada ketakutan yang hanya bisa kita lihat saat kita terdiam

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan baiknya budi pekerti (tambahan: bukan untuk mengislamkan seluruh dunia)

Agama adalah kebebasan semua umat manusia.Setiap orang berhak untuk memilih agama dan keyakinannya masing-masing, tentu saja dengan bertanggung jawab.Jika agama kalian mengandung unsur paksaan pada setiap penganutnya, maka ada yang salah dengan agama Anda

Kebebasan Beragama

Tidak ada jaminan dalam beragama

Kebanyakan tindakan radikalis itu terjadi secara tidak sadar karena ketakutan kita sendiri:<ul><li>Kita semua takut jika ternyata orang lain lebih memilih untuk mengakui agama lain lebih benar</li><li>Kita semua takut bahwa orang lain terlihat lebih baik dari kita</li><li>Kita semua takut bahwa apa yang kita yakini sekarang itu salah</li></ul>

Ketakutan yang Tak Terlihat

Dunia berubah dengan sangat cepat. Dulu, kita harus berangkat ke majelis taklim untuk menyimak para ustaz atau kiai mengajar tafsir Al-Quran. Tetapi, kini para ulama yang mendatangi kita lewat gagdet. Kita bisa mengaji di mana saja, saat tengah terjebak macet, menunggu antrean panjang di bank, kafe, bahkan tempat tidur sesaat sebelum terlelap. Cara baru dalam berdakwah ini tentunya memudahkan bagi kita. Ada banyak sekali kajian-kajian Islam yang dengan gampang disebarluaskan lewat sekali klik. Tetapi, apakah semua yang kita baca lewat medos itu benar? Apakah kita bisa memilah mana kajian yang benar atau sekadar hoax? Prof. H. Nadirsyah Hosen, Ph.D. atau yang akrab dipanggil Gus Nadir, secara aktif mengamati fenomena para penafsir ayat Al-Quran yang semata mengandalkan terjemahan dan mengambil rujukan melalui medsos daripada kitab tafsir klasik dan modern. Beberapa di antaranya bahkan salah kaprah karena tidak memahami sejarah di balik turunnya ayat-ayat tersebut. Maka, melalui buku ini, Gus Nadir akan mengajak kita untuk betul-betul memahami konteks agar semakin menghayati dan memahami kitab suci. Tak hanya itu, kita akan dipandu untuk memahami metode-metode tafsir dan mengenal para penafsir Al-Quran di sepanjang peradaban Islam. [Mizan, Bentang Pustaka, Agama, Islam, Inpirasi, Religi, Motivasi , Indonesia]

books

Books

Dunia berubah dengan sangat cepat. Dulu, kita harus berangkat ke majelis taklim untuk menyimak para ustaz atau kiai mengajar tafsir Al-Quran. Tetapi, kini para ulama yang mendatangi kita lewat gagdet. Kita bisa mengaji di mana saja, saat tengah terjebak macet, menunggu antrean panjang di bank, kafe, bahkan tempat tidur sesaat sebelum terlelap. Cara baru dalam berdakwah ini tentunya memudahkan bagi kita. Ada banyak sekali kajian-kajian Islam yang dengan gampang disebarluaskan lewat sekali klik. Tetapi, apakah semua yang kita baca lewat medos itu benar? Apakah kita bisa memilah mana kajian yang benar atau sekadar hoax? Prof. H. Nadirsyah Hosen, Ph.D. atau yang akrab dipanggil Gus Nadir, secara aktif mengamati fenomena para penafsir ayat Al-Quran yang semata mengandalkan terjemahan dan mengambil rujukan melalui medsos daripada kitab tafsir klasik dan modern. Beberapa di antaranya bahkan salah kaprah karena tidak memahami sejarah di balik turunnya ayat-ayat tersebut. Maka, melalui buku ini, Gus Nadir akan mengajak kita untuk betul-betul memahami konteks agar semakin menghayati dan memahami kitab suci. Tak hanya itu, kita akan dipandu untuk memahami metode-metode tafsir dan mengenal para penafsir Al-Quran di sepanjang peradaban Islam. [Mizan, Bentang Pustaka, Agama, Islam, Inpirasi, Religi, Motivasi , Indonesia]